Jokowi sudah mulai terlibat dalam kampanye sejumlah pasangan calon di Pilkada 2024, seperti pasangan Ahmad Luthfi di Pilkada Jateng dan pasangan Respati-Astrid di Pilkada Solo. Namun, kegiatan kampanye tersebut menuai kontroversi dan disebut-sebut hanya sebagai alibi.
Beberapa pihak menilai bahwa Jokowi sebenarnya tidak bisa melepaskan "candu" dari statusnya sebagai Presiden.
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi terlihat mengikuti kampanye di sejumlah wilayah, seperti Banyumas dan Tegal, bersama Ahmad Luthfi. Ia juga blusukan ke pasar Solo untuk mendukung pasangan Respati-Astrid.
Namun, ada tudingan bahwa kampanye tersebut lebih berfokus pada upaya mempertahankan perhatian publik dan sorotan media, ketimbang sekadar mendukung calon kepala daerah.
Seorang warganet di X (@stefanantonio__) menilai bahwa Jokowi tengah menunjukkan gejala dari post power syndrome, yaitu ketidakmampuan melepaskan kekuasaan yang sudah dijabatnya selama dua periode. Ia menyebutkan bahwa Jokowi tampaknya masih terikat dengan "candu" dari masa jabatannya sebagai Presiden.
"Post Power Syndrome itu nyata. Alih-alih ikut mendukung calon kepala daerah, sebenarnya Jokowi masih nggak bisa kehilangan atau melepaskan ikatan 'candu' saat dia masih menjabat dulu," cuit warganet tersebut.
Lebih lanjut, ia juga mengkritik kebiasaan Jokowi yang sulit untuk lepas dari sorotan media dan perhatian publik, yang selama ini diberikan padanya sebagai Presiden. Ia menilai bahwa kebiasaan seperti membagikan kaos dan mendapatkan sambutan hangat dari rakyat sudah menjadi bagian dari rutinitas yang sulit ditinggalkan.
"Dia nggak bisa kehilangan sorot kamera wartawan, dia nggak bisa kehilangan dielu-elukan khalayak bak seorang Raja, dia nggak bisa kehilangan kebiasaan nyawer kaos ke rakyat jelata," lanjutnya.
Sikap ini semakin memperjelas tudingan tentang adanya "candu kekuasaan" yang membuat Jokowi sulit untuk mengakhiri masa jabatannya sebagai Presiden. Warganet juga mengingatkan tentang isu tiga periode yang pernah muncul, yang dianggap sebagai upaya Jokowi untuk mempertahankan kekuasaan lebih lama.
"Candu kekuasaan sebagai Presiden inilah yang membuat dia nggak rela melepaskan jabatannya, bahkan sampai bermanuver minta tiga periode dulu kala," ujar akun tersebut.
Sementara itu, Jokowi tetap fokus dalam mendukung pasangan calon yang ia dukung di Pilkada 2024, meskipun sorotan tentang motif di balik kampanye tersebut terus berkembang.(*)