Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sepekan Sidang MK: Panas Hotman Vs BW hingga Kesaksian Margarito di Kamis


Jakarta - Banyak hal lucu dan menarik perhatian sepekan terakhir di sidang sengketa Pilpres 2024 yang digelar di Mahkamah Konstitusi (MK). Ada soal saksi 03 yang minta hakim MK tidak banyak tanya hingga hakim yang salah fokus (salfok) dengan cincin di jari tim pembela Prabowo-Gibran, Hotman Paris.

Sebagai informasi, ada dua permohonan sengketa hasil Pilpres 2024 yang diadili di MK. Perkara pertama diajukan oleh capres-cawapres nomor urut 1 Anies-Cak Imin dan perkara kedua diajukan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar-Mahfud.

Pihak termohon dalam kedua perkara tersebut ialah KPU RI. Sementara, kubu Prabowo-Gibran menjadi pihak terkait.

Berikut momen-momen lucu dan menggelitik sepekan terakhir di sidang MK:

Saksi 03 Minta Tak Banyak Tanya

Ada momen di mana saksi dari Ganjar Pranowo-Mahfud Md, Memed Alijaya, meminta agar tidak banyak pertanyaan yang diberikan kepada dirinya. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo pun mengingatkan saksi hadir memang untuk ditanyai.

Hal itu disampaikan saat Memed menjadi saksi dalam sidang sengketa Pilpres di gedung MK, Jakarta Pusat, Selasa (2/4) lalu. Memed mulanya menjelaskan soal kejadian dugaan aparat tidak netral.

Memed mengatakan peristiwa itu terjadi di Cikaso, Sukabumi, Jawa Barat. Memed mengatakan ada aparat yang dipimpin oleh Camat melakukan yel-yel dengan menggunakan pakaian kampanye Prabowo-Gibran di malam hari.

"Waktu kegiatan saya melihat, karena di kampung saya dekat saya tapi tidak ikut saya, orang-orang semua sudah tahu orang kader PDIP," kata Memed.

"Saya langsung lapor ke Panwas," sambung dia.

Suhartoyo pun mempertanyakan bagaimana kegiatan tersebut. Memed kemudian mempraktikkannya gerakan yang dimaksudnya di dalam ruang sidang.

Dia menyebut aparat-aparat itu berbaris di depan rumah Ketua RT. Lalu, katanya, posisi Camat berada di depan orang-orang yang berbaris tersebut. Sementara, katanya, Kepala Desa berada di belakangnya.

"Yang pimpin yel-yel orang sekretariat PPS, kami 'relawan iing siap untuk memenangkan Prabowo-Gibran satu putaran, siap', kata semua begitu," jelas Memed.

"Camat HP-nya di sini dipegang dan setelah itu (video)," sambungnya.

"Itu 18 orang ya?" tanya Suhartoyo.

"Besoknya kan saya lapor ke Panwas," kata Memed.

Memed mengatakan dirinya memiliki dokumentasi kejadian itu. Suhartoyo meminta dokumentasi tersebut untuk diserahkan kepada Mahkamah.

"Waktu saya lapor, saya foto itunya, dokumen kan, setiap itu saya ada, termasuk videonya ada saya serahkan ke tim hukum saya," jelas Memed.

"Sudah jadi bagian alat bukti?" tanya Suhartoyo.

Memed mengatakan bukti itu telah diserahkan kepada tim hukum Ganjar. Dia kemudian meminta agar tak banyak pertanyaan untuk dirinya.

"Udah Pak, jadi saya nggak ngarang-ngarang Pak, karena sudah disumpah tadi pagi, saya orang Islam lagi puasa, jangan banyak pertanyaan yang berat-berat nanti yang lain, saya jelaskan itu," ujar Memed.

"Loh, Bapak di sini untuk ditanya," kata Suhartoyo.

"Saya nggak ngerti yang lain-lain, selain dari pada yang saya alami saya nggak bisa ngarang, ngurangi," ujar Memed.

"Iya sudah ha ha, nggak ditanya lagi, ditanya lain nanti," tutur Suhartoyo.

Saksi 03 Ditanya Nama Tetangga

Tak hanya itu, ada momen yang mengundang tawa hadirin sidang. Saat itu, Hakim Suhartoyo menanyakan sosok tetangga dari saksi Ganjar-Mahfud, Suprapto, yang menerima amplop berisi uang menjelang pemungutan suara pemilu 2024. Suprapto menjawab namanya tetangga.

Mulanya, Suprapto mengatakan ada kejadian pemberian amplop berisi uang menjelang hari pencoblosan di wilayah rumahnya, Medan, Sumatera Utara.

"Menjelang hari pencoblosan, tetangga saya dapat lagi amplop Rp 50 ribu," kata Suprapto.

Suhartoyo menanyakan siapa sosok tetangga yang mendapat amplop tersebut. Namun, Suprapto awalnya enggan untuk menyebut nama tetangganya.

"Siapa tetangganya?" tanya Suhartoyo.

"Ya namanya tetangga lah, gitu lah, Pak, saya lihat aja, tetangga-tetangga itu, bukan rahasia umum lagi, Pak," jawab Suprapto.

Suhartoyo pun lantas meminta Suprapto untuk memberikan keterangan yang rinci. Suhartoyo mengatakan jika keterangan yang diberikan kurang jelas, maka sulit untuk dipakai oleh MK dalam menyusun keputusan.

"Ini di pengadilan, Pak, kalau gitu nanti keterangan bukti nggak bisa dipakai," kata Suhartoyo.

"Jadi yang bagikan Kepling, tapi Kepling tidak lagi singgah ke rumah saya, demikian yang saya sampaikan saya sudah disumpah," jelas Suprapto

"Kan sudah di sumpah tadi pagi," kata Suhartoyo.

"Ya menurut agama saya, percaya ke agama saya, Pak," balas Suprapto.

Suhartoyo pun kembali menanyakan sosok tetangga tersebut. Suprapto akhirnya memberanikan diri menyebut nama tetangganya.

"Tetep nggak mau bilang nama tetangga?" tanya Suhartoyo.

"Tetangga itu, namanya Ramadhani," jawab Suprapto.

"Untuk apa? Tahu?" tanya Suhartoyo.

"(Menangkan) kosong 02 juga lah, Pak," jawab Suprapto.

Hotman Paris Vs BW

Momen debat panas hingga berujung tawa juga terjadi saat pengacara Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Bambang Widjojanto (BW), terlibat saling sindir dengan anggota tim pembela Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Hotman Paris Hutapea. Hotman menganggap BW ngeyel, lalu dibalas dengan pelesetan 'Hot Men'.

Hal tersebut bermula saat Hotman mengutip pertanyaan dari Hakim Arief Hidayat soal pada akhirnya yang digunakan dalam penetapan hasil Pilpres 2024 adalah hasil rekapitulasi manual dan berjenjang oleh KPU. Hotman mempertanyakan mengapa saksi dan ahli dari KPU masih menjawab pertanyaan seputar Sirekap.

"Kita tadi 3,5 jam diskusi tentang IT. Ternyata hanya satu pertanyaan dari Pak Arief Hidayat kalau memang akhirnya yang dipakai adalah manual dan perhitungan berjenjang ngapain kita ribut-ribut lagi bicara Sirekap. Itu tadi pertanyaan dari Pak Arief Hidayat," tutur Hotman dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di Gedung MK, Jakarta Pusat, Rabu (3/4).

Ngapain kita bahas-bahas lagi soal Sirekap ini, ya sekali lagi saya hormat kepada Bapak Arief Hidayat karena bapak sudah mengingatkan kami bahwa kami ini adalah sarjana hukum, dari tadi kami kuliah komputer," sambungnya.

Wakil Ketua MK Saldi Isra yang memimpin sidang lalu meminta Hotman langsung ke inti pertanyaan. "Pernyataannya apa Pak Hotman?" tanya Saldi.

"Pertanyaan saya, saudara saksi kalau ternyata yang dipakai dalam SK pengumuman final penghitungan suara adalah manual dan penghitungan berjenjang, bukan hasil dari Sirekap. Masih perlu nggak bapak kuliah di sini? Masih perlu nggak kita bahas tentang Sirekap?" tutur Hotman.

"Ya masih perlu nggak Bapak, saksi, jawab pernyataan Pak Refly dan Bambang yang selalu ngeyel tentang Sirekap ini," sambung Hotman.

Saldi Isra langsung menegur Hotman. Dia mengingatkan Hotman bahwa MK memiliki kewenangan untuk mendengar penjelasan dari saksi. Dia tak ingin kehadiran saksi dianggap tak penting oleh Hotman.

"Pak Hotman tadi saya sudah tegaskan ini didalilkan kami mahkamah berkepentingan mendapat penjelasan soal ini. Jangan dianggap kehadiran orang itu tidak penting, kami menganggap penting. Jadi jangan persoalkan kehadirannya lagi. Pertanyaan apa sekarang?" kata Saldi Isra.

Hotman kemudian bertanya apakah saksi setuju untuk tidak membahas soal Sirekap. Lantaran, katanya, hasil akhir ditentukan oleh penghitungan manual dan berjenjang.

"Apakah saksi setuju karena yang diumumkan itu perhitungan manual dan berjenjang, bukan hasil dari Sirekap maka kelemahan dari sirekap nggak perlu lagi dibicarakan terima kasih," ujar Hotman.

Saldi kembali mengingatkan Hotman agar tidak menganggap pembahasan soal Sirekap tidak penting. Dia mengatakan pembahasan soal Sirekap penting karena menjadi salah satu dalil dalam permohonan para pemohon.

"Jadi jangan kita mengabaikan ya, menganggap ini tidak ada pentingnya, itu keliru juga, kalau nggak, nggak usah datang aja ke sini," ujar Saldi.

Setelah Saldi menegur Hotman, BW meminta izin bicara. Dia awalnya melayangkan protes ke Hotman. Namun, Saldi mengatakan protes BW sudah cukup.

"Majelis satu lagi," ujar BW.

"Cukup cukup," kata Saldi.

"Maksud saya, pernyataan ngeyel itu juga gak pantas diucapkan, Hot Men," ujar BW yang membuat Hotman dan tim hukum Prabowo-Gibran tertawa.

Hakim MK Salfok Cincin Hotman Paris

Ada juga yang menarik dalam sidang lanjutan sengketa Pilpres 2024 di MK hari ini. Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat sempat salah fokus saat melihat cincin di jari Hotman Paris.

Mulanya, Hotman Paris sebagai pihak terkait dipersilakan hakim untuk bertanya kepada saksi. Hotman menyinggung pertanyaan Arief Hidayat ke saksi di sidang.

"Terima kasih pertama-tama terima kasih hormat setinggi-tingginya kepada Yang Mulia Bapak Arief Hidayat, karena setelah kita tadi 3,5 jam diskusi tentang IT ternyata hanya satu pertanyaan dari Arief Hidayat yang mengarahkan kalau memang akhirnya yang dipakai adalah manual dan perhitungan berjenjang, ngapain kita ribut-ribut lagi bicara Sirekap," kata Hotman.

Hotman menilai pertanyaan hakim Arief tertuju soal aplikasi Sirekap yang tidak digunakan. Hotman merasa sidang ini hanya berisi kuliah komputer.

"Itu tadi pertanyaan dari Pak Arief Hidayat ya, yang dilihat adalah manual dan perhitungan berjenjang ngapain kita bahas-bahas lagi tentang Sirekap ini?" kata Hotman.

"Sekali-lagi hormat saya kepada Bapak Arief Hidayat karena Bapak sudah mengingatkan kami bahawa kami sarjana hukum daritadi kita kuliah komputer," imbuhnya.

Hakim Saldi Isra lalu meminta Hotman untuk langsung ke inti pertanyaan. Kemudian, di sinilah hakim Arief mengambil alih sidang dan berkelakar soal cincin yang dipakai Hotman Paris.

"Pertanyaannya apa Pak Hotman?" tanya Saldi.

"Sebentar Pak Hotman tadi pada waktu mengirim tabik (Hotman menangkupkan tangan) saya lihat cincin-cincinnya bagus-bagus," kata Arief.

Hotman Paris pun nampak tertawa usai mendengar pernyataan Arief itu. Hadirin di dalam sidang pun ikut tertawa.

Margarito Kamis Jadi Saksi di Hari Kamis

Hakim Arief Hidayat melontarkan candaan kepada ahli dari Prabowo-Gibran, Margarito Kamis. Arief berkelakar jika pendapat Margarito akan bagus lantaran bertepatan dengan hari Kamis.

Mulanya, Ketua MK Suhartoyo memberikan kesempatan kepada Arief untuk melakukan pendalaman terhadap keterangan yang disampaikan Margarito.

Arief lalu memulainya dengan melontarkan candaan kepada Margarito. Dia mengatakan jika pendapat Margarito akan bagus hari ini, lantaran disampaikan di hari Kamis sesuai dengan namanya.

"Ya saya hari ini memang ditugasi untuk banyak bicara oleh Pak Ketua, ha-ha, mumpung ketemu para ahli, saya senang sekali ketemu Pak Margarito yang juga sering jadi ahli di Mahkamah, tapi kebetulan ini hari Kamis pasti pendapatnya bagus," kata Arief.

"Ha-ha, mohon maaf, Pak Margarito," sambung dia.

Candaan lain pun dilontarkan oleh Wakil Ketua MK Saldi Isra. Dia juga berkelakar jika pendapat Margarito akan cemerlang di hari Kamis.

Mulanya, Saldi meminta Margarito untuk memperhatikannya. Saldi mengaku senang dengan sapaan Margarito kepada Ketua Tim Pembela Prabowo-Gibran, Yusril Ihza Mahendra.

"Pak Margarito jangan terlalu serius dengan catatan itu. Saya senang ya tadi Pak Margarito mulai dengan statement, 'Prof Yusril guru saya'," ujarnya.

"Sebetulnya kemarin ketika kita melihat list nama yang diberikan pihak terkait, ada nama Pak Margarito, kita bilang semua seragam, 'Wah ini hari Kamis, besok pasti akan jauh lebih cemerlang pendapatnya Pak Margarito?' Karena biasa jadi ahli di sini, kalau hari Kamis itu keliatan gitu, tapi kalau hari-hari lain tidak secemerlang hari Kamis, karena ini kesesuaian nama saja dengan hari Pak Margarito," imbuhnya.

(whn/gbr)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Copyright © 2024 - Muslimtrend.com | All Right Reserved