Salah satu media yang baru-baru ini memberitakan pilpres RI adalah South China Morning Post (SCMP). Dalam pemberitaan berjudul Indonesia election 2024: will Anies and Ganjar join hands to deny Prabowo an outright victory?, media itu menggali kemungkinan calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan, dan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, yang akan berkoalisi untuk mengalahkan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto.
SCMP menggambarkan bagaimana Anies dan Ganjar kompak menyerang Prabowo dalam debat televisi 4 Januari lalu. Dalam momen itu, Anies menyerang dugaan kekayaan Prabowo dan Ganjar mengkritik cara figur yang merupakan Menteri Pertahanan itu menangani anggaran.
"Setengah dari tentara kita tidak memiliki rumah dinas, sedangkan menteri memiliki lahan seluas 340.000 hektar," kata Anies, yang mengaku mengutip data yang sama yang digunakan Widodo saat berhadapan dengan Prabowo pada pemilu 2019.
Prabowo tampak tidak puas pada akhir debat tersebut. Ia menyebut kecewa dengan kualitas narasi yang disampaikan oleh kandidat lainnya.
Peneliti senior di Pusat Penelitian Indo-Pasifik di Universitas Murdoch, Ian Wilson, menjelaskan situasi ini membuka peluang Anies dan Ganjar untuk bergabung dalam mengalahkan Prabowo, yang menarik putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presidennya.
"Prabowo dipandang sebagai kandidat yang akan dikalahkan oleh kedua kandidat karena posisinya dalam jajak pendapat, jadi Anda bisa melihat mengapa mereka membidiknya," katanya.
Jika tidak ada kandidat tunggal yang memperoleh lebih dari separuh suara pada tanggal 14 Februari, pertarungan elektoral akan ditunda lebih ke putaran kedua yang mempertemukan peraih posisi pertama dan kedua pada 26 Juni mendatang.
"Saya rasa Prabowo tidak akan bisa langsung menang pada putaran pertama, jadi kita bisa berekspektasi untuk melihat putaran kedua," jelas Wilson.
"Masih banyak masyarakat yang belum mengambil keputusan, sehingga, seperti yang telah kita lihat pada pemilu sebelumnya, banyak hal yang akan bergantung pada bagaimana keadaan akan berlangsung pada hari pemilu."
Prabowo Tergerus?
Wasisto Raharjo Jati, seorang analis politik di Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengatakan debat calon presiden memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan seorang kandidat untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihannya.
"Di sinilah mereka dapat mengesankan para swing voter, dan ini penting terutama bagi Anies dan Ganjar," ujarnya.
Di sisi lain, dukungan terhadap Prabowo tampaknya mengalami stagnasi. Yohanes dari Universitas Jenderal Ahmad Yani menyebut situasi ini mungkin menimbulkan kekhawatiran bagi kubunya.
"Anda bisa lihat dalam perdebatan-perdebatan tersebut, Prabowo berusaha bermain aman, hanya berusaha bertahan dalam putaran tersebut dan tidak terlalu banyak melakukan serangan terhadap Ganjar, karena merekalah pemilih yang kemungkinan besar ingin dia tarik ke pihaknya," imbuhnya.
Sementara itu, Prabowo sendiri telah melakukan upaya untuk mengubah citra orang kuatnya menjadi negarawan, dengan menggunakan pendekatan yang lebih lembut dan diplomatis. Namun beberapa debat terakhir masih menunjukan sifatnya yang emosional.
"Prabowo bisa kehilangan ketenangannya; dia mempunyai reputasi yang mudah berubah-ubah, dan saya pikir [kandidat lain] mungkin ingin mengungkapkan hal itu agar dapat dilihat oleh para pemilih," jelas Wilson kembali.
(luc/luc)
Sumber berita / artikel asli : CNBC Indonesia